Selasa, 22 Desember 2015

Planet Saturnus

Planet ini dinamakan menggunakan nama dewa pertanian dan panen Romawi Kuno. Saturnus adalah planet keenam dari Matahari dan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter.

Saturnus adalah planet bercincin yg di kenal di tatasurya. Planet ini adalah planet kedua terbesar setelah Jupiter, termasuk di dalam kelompok planet besar (major planets), diantaranya : Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Merupakan sebuah planet dengan urutan ke-6 di tata surya, yang terkenal dengan sebutan planet bercincin. Keberadaan planet Saturnus, telah diketahui sejak zaman prasejarah.

Saturnus adalah planet terjauh dari 5 planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dan 4 planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars, dan Jupiter (Uranus dan 4 Vesta terlihat dengan mata telanjang ketika langit gelap). Dan merupakan planet terakhir yang diketahui oleh astronom awal
sampai Uranus ditemukan tahun 1781.  

Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, mangkanya Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi. evolusinya 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi,rotasi saturnus mempunyai waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.

Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.

Cincin Saturnus sangat unik,terdiri beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit. 
Tujuh cincin datar tipis di sekitar Saturnus, berbentuk seperti cincin ikal yang banyak dan rapat, yang terdiri dari unsur partikel-partikel es yang mengelilinginya. Cincinnya yang berkilauan, membuat planet Saturnus merupakan salah satu objek yang paling indah di tata surya.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius), dan Iapetus.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub, dan dibengkakkan keluar di sekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 5 jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan di atas kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.

Jarak rata-rata ke Matahari sejauh 1,427 milyar km, kira-kira 9X jarak anatara Bumi dan Matahari. Dan perlu waktu 29,46 tahun Saturnus dalam mengorbit (Revolusi) ke Matahari, yang dikenal dengan periode orbit Saturnus.

Saturnus memiliki periode rotasi selama 10 jam 14 menit, lebih lama beberapa menit dari Jupiter. Namun, Saturnus tidak berotasi dalam rata-rata yang konstan.  Periode rotasi Saturnus tergantung dengan kecepatan rotasi gelombang radio yang dikeluarkannya.

Pesawat angkasa Cassini-Huygens menemukan, bahwa apabila emisi radio melambat, maka periode rotasi Saturnus pun meningkat.  Tidak diketahui, apa yang menyebabkan gelombang radio tersebut menjadi lambat.

Sama halnya dengan Jupiter, unsur terbesar Atmosfer yang terdapat pada Saturnus,  yaitu hidrogen (H) dan helium (He), serta unsur kecil lainnya, yaitu metana (CH4) dan amonia (NH3). Masih terdapat unsur yang lebih kecil lagi di dalamnya, yaitu asetilena (C2H2), etana (C2H6), dan fosfin (PH3).
 
Struktur Dalam

Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di bagian kutub dan dibengkakkan keluar di sekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.540 km (74.867 mil), dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam 14 menit waktu Bumi.

Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung kaya akan gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air). Dan jika Saturnus diletakan diatas kolam yang penuh air, maka bola besar ini akan mengapung.

Inti Planet Saturnus mirip dengan Jupiter, memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari.

Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis, yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian itu pula terdapat daerah liquid hidrogen dan helium. Inti planet Saturnus sangat berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti Bumi.

Saturnus memiliki medan gaya alami yang lebih lemah dari Jupiter. Medan gaya Saturnus unik, karena porosnya simetrikal, tidak seperti planet lainnya. Saturnus menghasilkan gelombang radio, namun mereka terlalu lemah untuk dideteksi dari Bumi.

Bulan terbesar Saturnus, Titan, mengorbit di bagian luar medan gaya Saturnus dan memberikan keluar plasma terhadap daerah partikel dari atmosfer Titan yang yang di ionisasi.

Struktur Luar

Bagian luar atmosfer Saturnus terdiri atas 96.7% hidrogen (H), 3% helium
(He), 0.2% metana (CH4) dan 0.02% amonia (NH3). Terdapat pula sedikit kandungan asetilena (C2H2), etana (C2H6), dan fosfin (PH3).

Awan Saturnus, seperti halnya Jupiter, merotasi dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung dari posisi lintangnya. Berbeda halnya dengan Jupiter, awan Saturnus lebih redup dan lebih lebar di khatulistiwa. Awan terendah Saturnus terdiri atas air es dengan ketebalan sekitar 10 km. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10°F, -23°C). Awan diatasnya, memiliki ketebalan 50 km, terdiri dari es amonium hidrogensulfida (NH4HS) dan diatas awan itu, terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 km. Bagian paling atas terdiri dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 km.

Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus. Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98 K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih besar daripada yang diluar, karena panasnya itu diproduksi di bagian dalam Saturnus. Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang yang ada di tata surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph), jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.

Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di Jupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan yang ada di Bumi.
Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus ini, hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi. Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933, dan 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.

Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006. Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukkan bentuk awan heksagonal. Dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini menjadi catatan, karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya yang memiliki dinding mata.

Satelit

Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Kini diketahui, terdapat 59 satelit, 48 diantaranya memiliki nama. Banyak bulan Saturnus yang sangat kecil, dimana 33 dari 50 bulan memiliki diameter lebih kecil dari 10 kilometer dan 13 bulan lainnya memiliki diameter lebih kecil dari 50 km.

Tujuh diantaranya cukup besar dan masif untuk dapat runtuh, berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan, dan Iapetus.

Titan adalah bulannya Saturnus terbesar, besarnya melebihi dari planet Merkurius, dan satu-satunya bulan di atmosfir, yang memiliki atmosfir yang tebal. Bulan Desember tahun 2004 dan bulan Januari tahun 2005, banyak photo Titan diambil oleh Cassini-Huygens. 1 bagian dari satelit ini, yaitu Huygens telah mendarat di Titan. Setelah Titan, ada lagi Hyperion dan Phoebe, yang merupakan bulan terbesar lainnya, dengan diameter lebih besar dari 200 km.

Cincin Planet

Planet Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu obyek yang dapat dilihat paling menakjubkan dalam sistem tata surya. Tidak seperti Jupiter, cincin Saturnus lebih tebal. Sangat unik, karena terdiri dari beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini, jauh sekali dengan Jupiter yang hanya memiliki 3 cincin tipis. Bahan pembentuk cincin Saturnus ini masih belum diketahui.

Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat, karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair, karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.

Cincin itu pertama kali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi ketika itu dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana, bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak dan yang ditengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira, bahwa Saturnus memiliki "telinga." Pada tahun 1612, sudut cincin menghadap tepat pada bumi, dan akhirnya menghilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali. Hal itu sempat membuat Galileo bingung. Namun, persoalan cincin itu terselesaikan sudah di tahun 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.

Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan, bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.

Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan, bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah. Kemudian, James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer pada tahun 1895, yang membuktikan bahwa teori Maxwell itu benar.

Cincin Saturnus dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana, palagi jika dengan teropong berkekuatan tinggi. Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km keatas khatulistiwa Saturnus. Terdiri dari bebatuan silikon dioksida, oksida besi, partikel es, dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus, yaitu :

Teori pertama oleh Édouard Roche di abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas bulan Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus, sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah bulan tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid.

Teori kedua, cincin tersebut ditinggalkan dari nebula, asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima pada masa kini, disebabkan karena cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun, dan dengan itulah dianggap baru terbentuk. Sementara ruang terluas di cincin tersebut, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, yang dapat dilihat dari Bumi, Voyagers mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk akibat tarikan graviti bulan-bulan Saturnus melalui berbagai cara. Separuh bagian dihasilkan akibat bulan kecil yang lewat, seperti Pan dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin kecil ditahan oleh medan gravitasi satelit penggembala kecil, seperti Prometheus dan Pandora. Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari partikel di beberapa bagian, bahwa bulan yang lebih besar yang terletak lebih jauh, pada Mimas terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur dalam cincin sebenarnya, terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan oleh gangguan gravitasi bulan secara berkala.

Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus yang disebut jari-jari. Jari-jari tersebut terlihat saat gelap, ketika disinari sinar matahari. Dan terlihat terang, ketika ada dalam sisi yang tidak diterangi sinar matahari. Diperkirakan jari-jari tersebut adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin. Debu itu merotasi dalam waktu yang sama dengan magnetosfer planet tersebut, dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan elektromagnetisme. Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada, masih tidak diketahui. Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama titik balik matahari.

Ciri-Ciri
NO
JENIS
HASIL
1
Nama Planet
Saturnus
2
Kala Rotasi
10 Jam 14 menit
3
Kala Revolusi
29,46 Tahun
4
Atmosfer
Hidrogen, Helium, Metana, Air, Etana, dsb
5
Satelit Alam
(56) di antaranya Dione, Rhea, Titan
6
Jarak Di Matahari
1,4 milyar km lebih
7
Diameter Planet
60.268 km
8
Warna Planet
Kuning keputihan


Fakta- fakta menarik dan unik Saturnus

1. Tak Bisa Di Pijak

Planet Saturnus sebagian besar terbuat dari gas yang sebagian besar di dominasi helium.Kita tidak bisa berdiri/mendarat di permukaan planet ini seperti yang kita lakukan di Bumi karena planet ini adalah planet gas,bukan planet batuan seperti Bumi dan Mars.

2. Tebal Cincin


Cincin Saturnus sangat besar tapi tipis.Sangat menarik untuk mengetahui bahwa cincin utamaplanet ini membentang hampir mencapai jarak Bumi dan Bulan.Namun cincin ini hanya memiliki tebal sekitar 1 kilometer.

3. Penglihatan Dari Bumi


Jika kita melihat Saturnus dari Bumi menggunakan teleskop,hanya cincinnya saja yang terlihat.


4. Satelit Saturnus


Saturnus memiliki 53 bulan yang sudah memiliki nama ditambah 16 bulan tambahan yang menunggu untuk konfirmasi secara resmi.

5. Wahana Pertama Yang Mengeksplorasi Saturnus

Pesawat ruang angkasa pertama yang terbang dekat Saturnus adalah Pioneer 11, yang diluncurkanpada tahun 1973 dan tiba di Saturnus pada tahun 1979.

6. Hari Di Saturnus

Di Bumi,satu hari sama dengan 24 jam.Sedangkan di Saturnus, 1 hari hanya berlangsung 10 jam 39 menit.

7. Planet Paling Datar Di Tata Surya

Saturnus berputar pada kecepatan 6.200 mil per jam yang menghasilkan tonjolan di khatulistiwadan kutub yang datar. Ada juga yang mengatakan bahwa Saturnus adalah planet paling datar di tata surya.

8. Keunikan Titan

Titan adalah bulan terbesar Saturnus dan merupakan satu-satunya bulan yang dikenal yangmemiliki atmosfer yang cukup besar, yaitu sekitar 370 mil, 10 kali lebih tebal dari atmosfer bumi.

9. Setahun Di Saturnus

Karena Saturnus lebih jauh dari Matahari, planet ini akan memakan waktu hampir 30 tahun waktu Bumi untuk mengorbit Matahari.

10. Jumlah Wahana Yang Pernah Mengunjungi Saturnus 

Saturnus hanya dikunjungi 4 kali oleh wahana luar angkasa, yaitu Pioneer 11, pada tahun 1979,yang merupakan wahana pertama yang mencapai Saturnus.Berikutnya datang Voyager 1 pada tahun 1980, kemudian Voyager 2 pada tahun 1981 dan akhirnya Cassini pada tahun 2004. Sampai saat ini,Cassini masih mengorbit disekitar Saturnus dan mengirim gambar cincin dan bulan-bulanSaturnus kembali ke Bumi.

11. Saturnus Ternyata Menyimpan Air Laut

Seperti halnya Bumi yang memiliki satelit alami bernama Bulan, Saturnus pun demikian. Yang menarik, para ilmuwan menemukan bahwa satelit alamiah Saturnus bernama Enceladus memiliki kandungan air laut yang terjaga oleh ammonia.

Tim peneliti yang diketuai William Lewis dari Southwest Research Institute di San Antonio, Texas mengatakan, bahwa zat ammonia dapat menjaga lautan yang berada di bawah tanah sehingga tidak membeku pada suhu ekstrim.

pesawat ulang alik Cassini menemukan semburan gas yang keluar dari retakan permukaan Enceladus pada saat misi penjelajahan saturnus pada 2005 silam.

Kini, tim Lewis menemukan bahwa semburan gas tersebut mengandung ammonia dan kumpulan gas lainnya yang berfungsi sebagai zat antibeku. Kumpulan gas itu rupanya yang menjaga cairan es dibawah kerak es. Gas tersebut memancar keluar dari gravitasi satelit alamiah Saturnus dan menjadi salah satu bagian cincin yang mengitari Saturnus.


12. Saturnus Memiliki Cincin Transparan yang Sangat Besar


Ilmuwan NASA berhasil menemukan sebuah lingkaran besar transparan yang mengitari planet Saturnus. Saking besarnya, dibutuhkan sekira 1 miliar bumi untuk memenuhi lingkaran tersebut.

Lingkaran yang hampir berbentuk seperti cincin ini berada 27 derajat dari cincin utama Saturnus. Ketebalan cincin ini berjarak 6 juta kilometer dengan jarak sekira 12 juta kilometer dari Saturnus.

"Diameter cincin raksasa tersebut hampir sama dengan jajaran 300 planet Saturnus dan seluruh volume cincin diperkirakan dapat diisi dengan 1 juta bumi. Ini merupakan cincin super," ujar ilmuwan NASA Anne Verbiscer.

Cincin berukuran super itu diperkirakan terdiri atas partikel es dan debu. Akibatnya, cahaya matahari tidak tembus sampai ke Saturnus dan cincin itu pun tidak merefleksikan banyak cahaya.



13. Di Saturnus Terdapat Sistem Badai Yang sangat Besar


Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru-baru ini menangkap foto sistem badai Saturnus. Satelit NASA Cassini menangkap pemandangan planet Saturnus dari jarak 441.028 mil (709.766 kilometer).

Badai Riak Saturnus menampilkan foto hitam dan putih yang diabadikan oleh orbit satelit NASA Cassini. Satelit menangkap foto tersebut pada 24 Desember 2012. Jarak 709.766 kilometer, merupakan jarak hampir dua kali lipat antara Bumi dan Bulan. Foto hitam-putih ini ditangkap dengan kamera wide-angle filter merah CB2.

Foto yang diambil kamera satelit Cassini dengan mode close-up ini juga menampilkan badai "ganas" dengan sistem pusaran dan panjang gelombang 751 nm. Selain itu, foto tersebut juga menampilkan variasi tampilan objek di awan bagian atas atau atmosfer Saturnus.



14. Terdapat Oksigen pada Bulan Saturnus yang Bernama Dione

Ilmuwan temukan 'jejak' oksigen (O2) di bulan Dione, yaitu salah satu bulan milik planet Saturnus. Penemuan itu dicapai melalui pesawat ruang angkasa yang dinamakan Cassini yang mendeteksi keberadaan gumpalan oksigen.

Diperkirakan, energi dari medan radiasi yang intens di planet Saturnus atau partikel bermuatan dari matahari mampu merangsang atom oksigen di dalam es, sehingga gas O2 ini terlepas.

Namun, seperti bulan milik planet Saturnus lainnya, keadaan permukaan Dione tandus dan dingin. Ilmuwan menduga tingkat deteksi perihal kehidupan untuk bertahan hidup di bulan tersebut masih rendah, apalagi untuk tempat tinggal manusia.



15. Terdapat Laut Bawah Pada Bulan Saturnus, Titan

Bulan terbesar milik planet Saturnus mungkin memiliki laut di bawah permukaan yang tertutupi es. Demikina menurut sebuah penelitian terbaru.

Penelitian yang dilakukan Dr Rose-Marie Baland dan koleganya dari Royal Observatory of Belgium menggambarkan kondisi di Titan, yang diduga memiliki atmosfir yang serupa dengan Bumi di masa awal.

Di studi yang diterbitkan di jurnal Astronomi and Astrophysics, Baland dan koleganya mendapat kesimpulan setelah meneliti data tujuh tahun dari satelit Cassini, yang memonitor orbit dan rotasi Titan. Mereka menemukan tingkat kelembaban di Titan lebih tinggi 50 persen dari yang seharusnya permukaan inti sebuah bulan/planet.

Hal ini dapat dijelaskan jika ketebalan Titan lebih condong ke permukaan dari pada intinya. "Ini bukanlah sesuatu hal yang mustahil, berdasarkan pada pemahaman kita bagaimana planet dan bulan terbentuk," ujar Baland. Kemungkinan lain yang dikatakan oleh Baland dan koleganya adalah, inti Titan tidak sepenuhnya padat. "Bisa saja ada laut di bawah permukaan esnya," katanya.

Meskipun begitu, para ilmuwan mengatakan kalau temuan mereka ini bukanlah sesuatu final, karena masih dilakukan penelitian lagi. 

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar