Minggu, 22 Maret 2015

BAB IV PDB, Pertumbuhan & Perubahan Struktur Ekonomi (Perekonomian Indonesia)


Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.

Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
a)   Pertumbuhan ekonomi
b)   Distribusi pendapatan

Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:

a)   Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
b)  Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.

A. Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.




National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)

GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.

GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl



Pendekatan pengukuran GDP:
a)      Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
·   Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)               Pertanian
b)               Pertambangan dan penggalian
c)               Industri manufaktur
d)              Listrik, gas, dan air bersih
e)               Bangunan
f)                Perdagangan, hotel dan restoran
g)               Pengangkutan dan komunikasi
h)               Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
i)                 Jasa-jasa


·   Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses produksi disetiap sector yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor

b)      Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C +  I + G + X - M

Sumber pertumbuhan:
a)      Permintaan agregat

 





Kurva AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C +  I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternal
M = mY +Ma

b)     Penawaran agregat.
 












Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP


Teori dan Model Pertumbuhan.

a)      Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan output.  Persentase pertumbuhan output dapat:
·      Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
·      Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
·      Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b)      Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
·      FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
·      Faktor lain yang mencakup infrastruktur,  hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.

Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara di afrika  terhenti

Teori Neoklasik
Teori Moderen
Kuantitas faktor produksi L dan K berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
FP yang berpengaruh:
§  Kualitas TK dalam bentuk pendidikan dan kesehatan (tingkat harapan hidup). TK menjadi variable endogen mengikuti perkembangan IPTEK.
§  Kualitas T dalam bentuk kemajuan teknologi. T menjadi variable endogen yang dinamis.
§  Kualitas kewirausahaan dalam bentuk kemampuan berinovasi

Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun.
Model Harrold-Domar merupakan model pertumbuhan neoklasik yang bisa diendogenkan  yang menyatakan bahwa ada pengaruh  penambahan K terhadap pertumbuhan GDP. Model ini memiliki dua variable fundamental:
§  Penambahan K
§  Rasio penambahan K terhadap PDB (Y)=ICOR 
Model Harrold-Domar merupakan modifikasi dari model-model pertumbuhan dari Domar dan Harrold.
§  Model Domar lebih menekankan laju investasi (∆I/I) yang ditetapkn harus tumbuh dengan % yang konstan, karena rasio pertumbuhan tabungan nasional terhadap Y dan ICORnya bersifat konstan juga.
§  Model Harrold lebih menekankan pada pertumbuhan Y jangka panjang dengan laju pertumbuhan keseimbangan yang menjadikan saving yang direncanakan selalu sama dengan I yang direncanakan.
sYt = ICOR (Yt – Yt-1) =
(Yt – Yt-1)/Y = s/ICOR
Model ini menekankan 2 faktor penting dalam pembangunan ekonomi:
§ Investasi
§ Tabungan
Selama krisis ekonomi, jumlah tabungan (s) terbatas, sehingga pemerintah bergantung kepada pinjaman LN dan PMA untuk mempertahankan kelangsungan I di dalam negeri.

Setiap negara memerlukan I minimum untuk mempertahankan kapasitas produksi. Kapasitas produksi potensial adalah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu Negara pada waktu tertentu dalam kondisi normal.
IBII (2000) mengasumsikan FP yang menentukan kapasitas produksi Indonesia adalah K yang berjumlah melimpah terutama bidang pertanian.

∆Cap = (1/k) (∆K), dimana Cap = kapasitas produksi dan k = rasio output capital untuk mengukur efisiensi penggunaan capital.
Kt = K(t-1) + ( i – s)
i =  Investasi bruto
s = pengurangan K yaitu K yang tidak ekonomis (output < biaya produksinya)
Dengan demikian:

∆Cap = (1/k) (∆K) menjadi ∆Cap = (1/k) ( i – s)
Dengan membagi persamaan tersebut dengan k (t-1) dan s = δ k (t-1), diperoleh persamaan tingkat pertumbuhan kapasitas produksi.

c)      Pertumbuhan FTP
Pack dan Page (1994) menyatakan bahwa ada 2 sumber pertumbuhan utama:
§  Peningkatan I (Investment driven growth) dari peningkatan FP seperti penambahan mesin
§  Peningkatan produktivitas (Productivity driven growth) FP seperti kemajuan teknologi

Pengaruh kedua sumber terhadap pertumbuhan output dapat dihitung secara parsial dan secara total.

Fungsi Cobb-Douglas:
Yt = TtKαtLβt, menjadi persamaan linier

LnYt = Ln Tt +  α Ln Kt + βLn Lt, dimana α +β = 1, sehingga α = 1 -β

 LnYt = Ln Tt +  (1 - β) Ln Kt + βLn Lt

LnYt = Ln Tt + Ln Kt - β Ln Kt + βLn Lt

LnYt = Ln Tt + Ln Kt + β (Ln Lt - Ln Kt )

LnYt - Ln Kt = Ln Tt + β (Ln Lt - Ln Kt )

Ln (Yt/Kt) = Ln Tt + β Ln (Lt /Kt )

Yt/Kt) = Tt (Lt /Kt )β

Koefisien beta dan alpha sebagai alokator untuk mengestimasi peran input K dan L terhadap pertumbuhan output dan estimasi nilai T menunjukkan kontribusinya terhadap perubahan output.

Studi empiris:
§  Kim dan Lau (1994) menemukan pertumbuhan TFP bukan merupakan sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi di NICs (kecuali Korea Selatan), tapi akumulasi I berkontribusi 48 – 72% dibandingkan dengan pertumbuhan TFP sebesar 46 – 71 %.  Jepang, penambahan K menjadi factor utama dan pertumbuhan TFP menjadi faktor kedua. OECD (Organization for economic corporation and development), pertumbuhan TFP menjadi sumber utama bagi GDP.
§  Young (1992) untuk hongkong dan singapura menunjukkan hongkong tahun 1970 – 1980 memiliki tingkat pertumbuhan TFP diatas 30%, tapi di singapura tumbuh negative. Korea selatan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 1,7% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 16,5% dengan kontribusi industry manufaktur sebesar 3%. Taiwan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 2,6% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 27,7% dengan sector jasa sebagai primadona.
§  Pack dan Page (1994) menemukan negara dengan investment driven growth adalah Malaysia, Thailand dan Indonesia. Negara dengan productivity driven growth adalah Jepang dan NICs.
§  Bank Dunia (1994) menemukan bukti bahwa rata-rata 33% dari pertumbuhan ekonomi di Asia Timur didorong oleh pertumbuhan TFP.


Perumbuhan TFP dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1960 – 1980.
Negara
Pertumbuhan TFP
Pertumbuhan ekonomi
Taiwan
3,7%
42%
Singapura
1,2%
15%
Hongkong
3,6%
44%
Korea Selatan
3,1%
37%

§  Sarel (1996) menemukan bukti pertumbuhan TFP
Negara
Pertumbuhan TFP
Jepang
2 %
USA
0,9 %
Hongkong
3,8%
Taiwan
3,5%
Korea Selatan
3,1%

§  Kasus pertumbuhan TFP di Indonesia:
1)      Hanson et al. (1995) menemukan kebijakan deregulasi sebelum 1980 penambahan FP mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan deregulasi pertengahan tahun 1980an berdampak positif terhadap pertumbuhan TFP yang menyumbang pertumbuhan PDB 31% periode 1985-1992.
2)      Karseno (1995), Poot (1994), Abimnyu dan Xie (1994), Hill dan Aswicahyono (1994) menemukan pertumbuhan TFP di sektor manufaktur dan ada perbedaan yang cukup besar diantara subsector industri
3)      Suhariyanto (2001) meneliti pertumbuhan TFP disektor pertanian selama orde baru. Perbandingan pertumbuhan TFP, output, dan input sector pertanian beberapa Negara sbb:





Negara
TFP
Output
Tanah
Tk
Binatang
Pupuk
Mesin
Cina
0,47
4,34
0,14
1,77
2,45
10,64
8,85
Jepang
2,7
1,15
-0,92
-4,06
1,66
-0,13
15,16
Korea Selatan
3,3
3,78
-0,26
-1,71
3,46
3,05
31,77
Indonesia
0,18
4,04
0,60
1,65
1,42
11,37
7,60
Malaysia
3,55
5,25
1,96
-0,01
1,05
8,77
9,58
Thailand
-1
3,89
1,87
1,84
0,37
12,32
11,10
Philipina
1,33
2,74
1,29
1,66
-0,42
5,9
2,42
India
-0,5
2,90
0,15
1,42
0,81
10,35
11,88


B. Pertumbuhan Ekonomi selama Orde baru sampai Era Megawati

Selama tahun 1966 – 1997, pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$ 500. Pertumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam tahun 198an. Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
a)      Kondisi pasar internasional komoditi tersebut.
b)      Harga komoditi tersebut
c)      Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).

Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.









Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi dunia (penurunan GPD).

Dampak resesi tahun 1982 terhadap laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.


Krisis ekonomi akhir tahun 1997 berdampak pada pertumbuhan ekonomi:




Setelah krisis, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
Tahun
1999
2000
2001
2002
Asia Tenggara
3,8
5,9
1,9
3,4
Philipina
3,4
4
3,4
4
Indonesia
0,8
4,9
3,3
3,7
Malaysia
6,1
8,3
0,4
4,2
Singapura
6,9
10,3
2
3,7
Thailand
4,4
4,6
1,8
2,5
Vietnam
4,7
6,1
5,8
6,2

Pada tahun 1999, Thailand yang mengalami krisis yang sama dapat menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi dari Indonesia.

Perbandingan Pendapatan nasional bruto antar negara sebelum dan setelah krisis ekonomi.

Negara
1997
1998
1999
2000
2001
China
710
740
780
840
890
India
420
420
440
450
460
Indonesia
1.088
640
580
570
680
Jepang
39.390
33.720
33.350
35.620
35.990
Korsel
11.390
8.740
8.480
8.960
9.400
Malaysia
4.600
3.360
3.370
3.370
3.640
Pakistan
480
460
450
440
420
Philipina
1.240
1,090
1.050
1.040
1.050
Thailand
2.780
2.110
2.000
2.010
1.970
Vietnam
340
350
370
390
410

Sebelum krisis PNB Indonesia lebih tinggi dari China, tapi setelah krisis Indonesia dibawah China, sebagai akibat kredit macet antar bank, produksi industry manufaktur menurun tajam, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negative (menurun).



Sektor
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Pertanian
4,4
3,1
1
-0,7
2,1
1,7
2,2
Pertamb. & Penggalian
6,7
6,3
2,1
-2,8
-1,7
2,3
2,5
Industri manufaktur
10,9
11,6
5,3
-11,4
2,6
6,2
6,3
Listrik, Gas & air bersih
15,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Bangunan
12,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Perdag. Hotel & Resto
7,9
8,2
5,8
-18
-0,4
5,7
3,4
Pengangkutan & Komunikasi
8,5
8,7
7
-15,1
-0,7
9,4
3,8
Keuangan, Sewa dan Jasa perusahaan
11
6
5,9
-26,6
-8,1
4,7
3,6
Jasa-jasa
3,3
3,4
3,6
-3,8
1,8
2,2
2,7
PDB
8,2
7,8
4,7
-13,1
0,8
4,9
3,3


Perumbuhan Riil Komponen Aggregate Demand

Sektor
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
C
16,86
9,72
8,09
-6,4
2,97
3,63
5,94
4,72
G
1,34
2,69
0,06
-15,37
0,69
6,49
8,24
12,79
I
13,99
14,51
8,57
-33,01
-19,94
17,91
3,96
-0,19
X
9,64
7,56
7,8
11,18
-31,61
16,06
1,88
-1,24
M
27,06
6,68
14,72
-5,29
-40,68
18,18
8,05
-16,50


C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Asian Countries' GDP's Growth Rate (% per year)
Resource: Asian Delvelopment Outlook 2007
Comparison Table: by Runckel & Associates
 



Country


2002

2003

2004

2005


2006

2007*

2008*
Cambodia
6.2
8.6
10.0
13.4
10.4
9.5
9.0
China
9.1
10.0
10.1
10.4
10.7
10.0
9.8
Hong Kong
1.8
3.2
8.6
7.5
6.8
5.4
5.2
India
3.8
8.5
7.5
9.0
9.2
8.0
8.3
Indonesia
4.5
4.8
5.0
5.7
5.5
6.0
6.3
Japan
0.3
1.4
2.7
1.9
2.2
-
-
Korea
7.0
3.1
4.7
4.0
5.0
4.5
4.8
Laos
5.9
6.1
6.4
7.0
7.3
6.8
6.5
Malaysia
4.4
5.5
7.2
5.2
5.9
5.4
5.7
Philippines
4.4
4.9
6.2
5.0
5.4
5.4
5.7
Singapore
4.2
3.1
8.8
6.6
7.9
6.0
5.5
Thailand
5.3
7.1
6.3
4.5
5.0
4.0
5.0
Vietnam
7.1
7.3
7.8
8.4
8.2
8.3
8.5
*Forecasted for 2007-2008
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
a)      Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).
Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
b)      Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia.

                                 












Ekspor Produk Dunia per Wilayah , 1948, 1953, 1963, 1973, 1983, 1993, 2003 and 2007
1948
1953
1963
1973
1983
1993
2003
2007
VOLUE (Billion dollars)
World
59
84
157
579
1838
3675
7375
13619
SHARE (percentage)
World
100
100
100
100
100
100
100
100
North America
28.1
24.8
19.9
17.3
16.8
18
15.8
13.6
South and Central America
11.3
9.7
6.4
4.3
4.4
3
3
3.7
Europe
35.1
39.4
47.8
50.9
43.5
45.4
45.9
42.4
Africa
7.3
6.5
5.7
4.8
4.5
2.5
2.4
3.1
Middle East
2
2.7
3.2
4.1
6.8
3.5
4.1
5.6
Asia
14
13.4
12.5
14.9
19.1
26.1
26.2
27.9
USSR, Former
2.2
3.5
4.6
3.7
5
-
-
-
Sumber: WTO, 2008

D. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju industry (sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing return to scale.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Teori perubahan struktur ekonomi:
  1. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, shg kelebihan supply TK dan tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang rendah.  Produk marjinal =0 berarti fungsi produksi sector pertanian telah optimal.
Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun.
Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan capital tidak merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sector industry kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat) dan dalam jangka panjang pereonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk industry dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produk non pertanian.
  1. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
·      pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
·      Akumulasi capital secara fisik dan SDM
·      Perkambangan kota dan industry
·      Penurunan laju pertumbuhan penduduk
·      Ukuran keluarga yang kecil
·      Sector ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi structural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + ij
            Dimana            Yi= output bruto industry manufaktur
                                    Di= permintaan domestic untuk konsumsi
                                    X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
                                    Yij= penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input

Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
  1. Kenaikan permintaan domestic
  2. Peningkatan ekspor
  3. Substitusi impor
  4. Perubahan teknologi

Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
  1. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industry dasar atau tidak)
  2. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
  3. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
  4. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industry apakah ada industry yang diunggulkan)
  5. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
  6. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau terbuka/promosi ekspor).

E. Kasus di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi beberapa negara

Country


2002

2003

2004

2005


2006

2007*

2008*
China
9.1
10.0
10.1
10.4
10.7
10.0
9.8
Hong Kong
1.8
3.2
8.6
7.5
6.8
5.4
5.2
India
3.8
8.5
7.5
9.0
9.2
8.0
8.3
Indonesia
4.5
4.8
5.0
5.7
5.5
6.0
6.3
Malaysia
4.4
5.5
7.2
5.2
5.9
5.4
5.7
Philippines
4.4
4.9
6.2
5.0
5.4
5.4
5.7
Singapore
4.2
3.1
8.8
6.6
7.9
6.0
5.5
Thailand
5.3
7.1
6.3
4.5
5.0
4.0
5.0
Vietnam
7.1
7.3
7.8
8.4
8.2
8.3
8.5

Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector pertanian terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
1997
1998
1999
2000
2001
China
19
19
18
16
15
India
28
28
26
25
24
Indonesia
16
18
20
17
16
Thailand
11
13
11
10
10
Malaysia
11
13
11
9
8
Philipina
19
17
17
16
15
Vietnam
26
26
25
24
-

Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector industry terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
1997
1998
1999
2000
2001
China
50
49
49
51
52
India
27
27
26
27
27
Indonesia
44
45
43
47
47
Thailand
39
38
38
40
40
Malaysia
45
44
46
52
50
Philipina
32
31
31
31
31
Vietnam
32
33
34
37
-


Perubahan struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat dari distribusi PDB








F. Metode Perhitungan Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari:
a.    Nilai absolute
b.   Nilai relative (persentase)

Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1

Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus dengan faktor penggabungan

tn = t0 (1+r)n-1, dimana r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun
                                                n=jumlah tahun
                                                tn =tahun terakhir
                                                t0=tahun awal
                                                (1+r)n-1 = factor penggabungan


Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:
a.    Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100

b.   Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar

GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)

Dimana
HKt= harga konstan
HBt= harga berlaku
IHKt= Indeks harga konsumen
100=IHK tahun dasar
t =tahun tertentu

SOAL PG

1. Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas adalah..

a.    Pertumbuhan ekonomi*
b.   Distribusi ekonomi
c.  Distribusi Pertumbuhan
d.  Proses Sosial

2. Faktor pendorong utama sisi penawaran agregat seperti berikut, kecuali..

a. Perubahn teknologi
b. Peningkatan SDM
c. Penemuan material baru untuk produks
d. Penurunan kelahiran dan kematian*

3. Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah..

a. Proses transformasi structural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
b. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.*
c. Mempertahankan kapasitas produksi
d. Mempertahankan kelangsungan I di dalam negeri

4.   Faktor eksternal penentu pertumbuhan ekonomi adalah..

a. Pengendalian terhadap inflasi
b. Cadangan devisa,
c. Perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia.*
d. Rasio hutang


5. Teori yang membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama) adalah teori..

a. E.B Taylor
b. Aristoteles
c. Arthur Lewis (Teori migrasi)*
d. Yogi Ramdani


Referensi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar