Rabu, 24 Desember 2014

Studi Kasus Manajemen Perubahan Japan AIrlines (Penghantar Bisnis)


PROFIL PERUSAHAAN

                Japan Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan dunia yang sudah dikenal reputasinya yang baik. Baik dalam hal pelayanan di darat maupun di udara. Itulah mengapa, maskapai yang berdiri sejak 1 agustus 1951 serimg menjadi barometer pelayanan maskapai lain di dunia. Untuk penerbangan internasional pertamanya, Japan Airlines menempuh Tokyo – San Fransisco menggunakan pesawat Douglas DC 6. Penerbangan ini dilakukan pada tanggal 2 februari 1954.
                Dengan kekuatan armada mereka yang cukup kuat, Japan Airlines tidak mengalami kesulitan manakala pada tahun 1970an, pemerintah Jepang menerapkan deregulasi penerbangan. Diantaranya melakukan privatisasi Japan Airlines dan membuka kran persaingan di transportasi udara. Akhirnya dengan kondisi ini masuklah dua pesaing baru yaitu All Nipon Airways dan Japan Air System.
                Perkembangan yang selanjutnya terjadi antara Japan Airlines dan Japan Air System kemudian mengikat kerjasama. Proses kerjasama ini adalah kesepakatan kedua maskapai untuk melakukan marger. Bergabungnya dua perusahaan ini terjadi pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004. Untuk menjaga potensi pasar yang sudah terbentuk, dan proses marger tersenut disepakatai bahwa nama Japan Airlines akan dipertahankan sebagai identitas perusahaan tersebut.


PENDAHULUAN

                Setelah melakukan marger dengan nama Japan Air System terjadi sedikit perubahan dalam manajemen Japan Airlines. Salah satu yang dilakukan adalah masuk ke dalam aliansi OneWorld sejak 1 april 2007. Sayangnya, keputusan ini justru tidak diikuti dengan perkembangan positif dalam transkasi keuangan Japan Airlines.
                Salah satu dampak yang terasa adalah kerugian besar yang menimpa Japan Airlines pada tahun transaksi 2009. Perusahaan ini mengalami goncangan yang sangat dahsyat dan mengancam stabilitas. Japan Airlines tak kuasa menanggung beban utang korporat sekitas US$25,6 miliar. Japan Airlines mengajukan perlindungan pailit kepada Pengadilan Distrik di Tokyo. Maskapai itu juga dibebani dengan pembayaran gaji dan pensiun yang terus membengkak dan rute domestik nirlaba yang secara politis wajib dipertahankan.
                Untuk menyelamatakan perusahaan dari ancaman kebangkrutan, akhirnya pemerintah memberikan dana talangan sebesar 100 juta yen. Selain itu dibentuk pula kepanitian yang bertugas menangani penyelesaian masalah keuangan maskapai ini.
                Beberapa program pun dirancang demi menghindarkan Japan Airlines dari kebangkrutan. Salah satunya dilakukan dengan menjual saham mayoritas kepada American Airlines yang juga anggota dari OneWorld. Selain kepada American Airlines, Japan Airlines sempat menjajaki kemungkinan menjual saham mereka kepada Delta Airlines.
                Namun demikian proses penjualan saham kepada Delta Airlines mengalami hambatan. Hal ini disebabkan Delta Airlines merupakan anggota Sky Team, aliansi penerbangan seperti OneWorld. Dengan kondisi ini, Japan Airlines memutuskan tidak melanjutkan proses transaksi dengan Delta, maka keanggotaan Japan Airlines akan berada di bawah aliansi Sky Team serta keluar dari OneWorld.
                Jika ini terjadi dikhawatirkan akan terjadi kebingungan dikalangan konsumen. Selain itu, Japan Airlines akan kehilangan kesempatan perlindungan antimonopoli dari agen Amerika Serikat. Hal ini merupakan salah satu kesepakatan yang didapat dari perjanjian ruang terbuka Jepang dan Amerika Serikat.
                Akhirnya American Airlines menjadi salah satu maskapai yang memiliki kesempatan untuk membeli saham mayoritas dari Japan Airlines. Meski pada saat yang bersamaan ada beberapa maskapai besar lain yang sebenarnya juga berminat untuk memiliki saham dari Japan Airlines seperti Prancis melalui Air France KLM, Britrish Airways dari inggris dan juga Qantas dari Australia, namun Japan Airlines menolak semua tawaran tersebut.
                Namun, meski sudah menjual saham mayoritas mereka masalah keuangan yang melanda Japan Airlines belum juga selesai. Akhirnya sejak 19 januari 2010. Maskapai dimasukkan ke dalam program Perlindungan Kebangkrutan Jepang. Dampak dari kondisi ini adalah terjadinya restrukturisasi atau pengurangan jumlah karyawan mereka. sebelum mengalami masalah keuangan, Japan Airlines memiliki 47 ribu karyawan. Namun dengan kesulitan finansial yang melanda, mereka harus menghentikan 15 ribu karyawan. Selain itu, aramda yang dimiliki pun dikurangi jumlahnya disamping juga mengadakan pembaruan pesawat. Sementara untuk masalah rute penerbangan internasional, Japan Airlines mengadakan penjadwalan ulang guna mendapatkan efisiensi.


PERMASALAHAN

                Japan Airlines mengalami kebangkrutan akibat menjadi buruk selama bertahun-tahun, biaya tinggi, serta tekanan pemerintah untuk melayani rute tidak menguntungkan di bandara kecil. Selain itu, Japan Airlines terpuruk akibat krisis global.
                Operasi Japan Airlines yang merugi, hutang yang membengkak, kebijakan penerbangan yang tidak efisien, dan birokrasi yang lambat, membuat kebijakan Bail Out bagai menebar garam di laut. Masalah mendasar dari Japan Airlines adalah permainan dari segitiga besi (Iron Triangle) antara perusahaan, penguasa dan politisi dalam operasional Japan Airlines selama ini. Japan Airlines dianggap sebagai sebuah perusahaan besar kebanggan negri yang tak boleh bangkrut ( Too Big Too Fail). Oleh karena itu, suntikan likuiditas secara massif diberikan terus menerus kepada Japan Airlines. Namun di sisi lain, operasi Japan Airlines tidak dibenahi secara serius. Tekanan dari kekutan politik dan pemerintah pada eksekutif Japan Airlines untuk melayani ambisi mereka mebuka rute-rute yang tidak menguntungkan, telah menambah beban operasional Japan Airlines. Hal ini ditambah lagi dengan berbagai masalah birokrasi dan Remunerasi yang tidak efisien.
                Sejak merugi ditahun 2001, lonceng kematian bagi Japan Airlines memang seolah hanya menunggu waktu. Tragedi 9/11, wabah virus SARS, flu burung, ancaman teroris, disamping resesi ekonomi, telah memukul Japan Airlines secara bertubi-tubi. Meski melayani lebih dari 217 airport dan 35 negara, Japan Airlines menjadi perusahaan penerbangan yang gemuk dan tidak efisien. Hutangnya pun membengkak hinggan mencapai sekitar Rp 200 triliun.
                Bangkrutnya Japan Airlines semakin memperkuat adanya maslah serius yang dihadapi oleh perekonomian jepang. Meski hanya memegang gelar sebagai negara dengan perekonomian terkuat nomor 2 di dunia, Jepang bagai macan yang terluka. Ekonominya melesu, pengangguran dan kemiskinan meningkat, dan perusahaan besar berguguran. Bangkrutnya Japan Airlines adalah kebangkrutan terbesar perusahaan di luar sektor keuangan sejak Perang Dunia ke-II. Oleh karena itu, upaya serius untuk bangkit dari krisis sedang ditempuh oleh pemerintah Jepang.


PEMBAHASAN

                Upaya bangkit yang dilakukan oleh Japan Airlines tentu menyakitkan. Dalam kasus Japan Airlines misalnya, program restrukturisasi akan memakan banyak korban. Japan Airlines harus mem-PHK lebih dari 15 ribu karyawannya, memotong fasilitas pensiun dan menutup rute-rute domestik yang tidak menguntungkan. Lebih parah lagi, Japan Airlines juga harus memotong banyk kontrak dengan biro perjalanan, hotel dan berbagai jaringan pariwisata yang telah ada selama ini. Hal itu bisa merugikan kalangan pengusaha, penguasa dan tentu politisi yang punya kepentingan selama ini.
                Dari Japan Airlines kita belajar, bahwa intervensi yang berlebihan dari pemerintah dan kekuatan politik akan merugikan sebuah perusahaan atau lembaga, baik itu perusahaan penerbangan, perbankan, bahkan lembaga negara yang independen memerlukan ruang bagi professional untuk bekerja. Politisi, penguasa dan pengusaha (The Iron Triangle) kadang memiliki tendensi untuk ikut campur dalam kegiatan usaha ataupun lembaga atas nama rakyat.


SOLUSI

                Solusi yang dapat diberikan untuk kasus Japan Airlines adalah pembaharuan Perusahaan. Platt (2001) membedakan perubahan strategis suatu perusahaan ke dalam tiga kategori yaitu : Tranformasi Manajemen, Manajemen Turn Around, dam Manajemen Krisis.
                Untuk aplikasi pada Japan Airlines, maka yang dilakukan adalah dengan Manajemen Krisis, dimana Japan Airlines sudah memasuka masa krisis yaitu saat perusahaan sudah mulai kehabisan dana (Cash Flow), bahkan menimbun banyak hutang dan energi (Reputasi, Motivasi). Langkah penyelamatan yang diambil adalah langkah penyelamatan strategi ( Stop The Bleeding)/ hentikan pendarahan dapat berupa Cash Flow (aliran dana segar). Aplikasi dalam kasus Japan Airlines adalah dengan

a.      Mencari Investor yang Tepat
Cara untuk menyelamatkan Japan Airlines mungkin dengan cara mencari investir yang tepat. Contohnya dengan menawarkan investasi kepada Delta Airlines atau American Airlines yang merupakan raksasa industri penerbangan di Amerika. Dengan investor semacam ini, Japan Airlines dapat melunasi hutang-hutangnya dan mendapatkan perubahan yang diperlukan agar menjadikan Japan Airlines kompetitif dan profitable lagi. Japan Airlines yang memiliki279 pesawat (kebanyakan dari Boeing) dan mempunya rute penerbangan di 220 bandara di 35 negara merupakan investasi yang menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan seperti Delta Airlines atau American Airlines yang tentunya akan mendapatkan akses bisnis ke Asia melalui akuisisi atau investasi tersebut.

b.     Restrukturisasi dan Revitalisasi
Selain itu, berbagai upaya perampingan seharusnya dilakukan Japan Airlines agar tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak, terutama biaya opeasional, karena itu sudah seharusnya Japan Airlines melakukan restrukturisasi karyawan dan penguarangan armada. Setelah tercipta restrukturisasi, maka Japan Airlines dibawah bendera manajemen yang baru harus dapat melakukan rivitalisasi dan perbaikan manajemen dengan konsep baru, seperti yang dilakukan Garuda Indonesia agar dapat lkembali bersaing dengan industri maskapai dunia



Rabu, 03 Desember 2014

Surat dari Tahun 2070

Saat ini adalah tahun 2070.


Usiaku baru 50 tahun, penampilanku seperti seorang yang telah berusia 85 tahun. Aku menderita gangguan ginjal serius karena aku tidak minum dengan cukup. Aku khawatir aku tidak memiliki waktu lebih lama lagi untuk hidup. aku adalah salah satu orang tertua di masyarakat,

Aku ingat sewaktu aku berusia 5 tahun.
Semuanya tampak berbeda, banyak pepohonan di taman, rumah-rumah memiliki kebun yang indah dan aku dapat menikmati mandi selama setengah jam

Saat ini, kita menggunakan handuk dan minyak pencuci untuk membersihkan tubuh kita
Dahulu, wanita memiliki rambut yang indah dan saat ini, kita harus mencukur kepala untuk menjaganya tetap bersih tanpa menggunakan air.
Dahulu, ayahku mencuci mobilnya dengan air yang keluar dari selang tapi saat ini, anakku tidak percaya bahwa air dapat digunakan dengan cara seperti itu.

Saya ingat bahwa peringatan "SELAMATKAN AIR" di poster-poster, radio dan TV, tapi tidak satu orangpun memperhatikannya. kami pikir air tidak akan pernah habis

Saat ini, semua sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah kering atau telah terkontaminasi. Industri hampir berhenti dan pengangguran mencapai proporsi yang mengkhawatirkan.
Instalasi deselinasi adalah penyerap utama tenaga kerja dan para karyawan menerima air minum sebagai bagian dari upah mereka.
Penodongan dengan senjata untuk sebuah jerigen air adalah pemandangan yang umum dan 80% makanan adalah sintetik.
Dahulu, jumlah air yang disarankan untuk diminum oleh orang dewasa setiap harinya adalah 8 gelas per hari. Saat ini, aku hanya diperbolehkan setengah gelas per hari.
Saat ini, kita harus menggunakan pakaian sekali pakai, dan ini meningkatkan jumlah sampah.
Saat ini, kita menggunakan septic tanks karena sistem sewerage tidak dapat bekerja karena kurangnya air.

Penampilan manusia sengat mengerikan, berkerut kering akibat dehidrasi, penih dengan rasa sakit akibat radiasi ultra violet dan sekarang radiasi itu diperkuat dengan tidak adanya perisai pelindung dari lapisan ozon.
Kanker kulit, infeksi gastrointestinal dan saluran urine adalah penyebab utama kematian. Diakibatkan oleh kekeringan pada kulit yang berlebihan, anak muda berusia 20 tahun akan tampak seperti berumur 40 tahun.

Ilmuwan menginvestigasi, tetapi tidak ada pemecahan dari masalah tersebut. Air tidak dapat diproduksi, oksigen juga terdegradasi akibat kurangnya pepohonan dan vegetasi dan kapasitas intelektual generasi muda sungguh lemah. Morfologi spermatozoa pada pria telah berubah. sebagai akibatnya, bayo-bayi yang dilahirkan dengan defisiensi, mutasi dan kelainan bentuk fisik.

Kita harus membayar kepada pemerintah atas udara yang kita hirup, 173 m3 per hari per orang dewasa. SIapa yang tidak mampu membayar akan diusir dari "zona yang beventilasi", paru-paru mekanik yang sangat besar dengan tenaga matahari. Kualitas udara sangat buruk, tetapi paling tidak orang-orang dapat bernafas.

Usia harapan hidup adalah 35 tahun.

Di beberapa negara, dikmana masih terdapat beberapa zona hijau yang dilalui oleh sungai, dijaga oleh tentara-tentara bersenjata berat. Air menjadi harta benda yang paling berharga dan didamba-dambakan, lebih berharga dari emas dan berlian.

Tempat dimana aku tinggal, tidak ada pepohonan karena jarang sekali hujan. ketika terjadi prepitasi itu adalah hujan asam. Musim sungguh telah terpengaruh oleh uji atom dan oleh kontaminasi industri di abad ke 20.
Kita diperingati untuk menjaga lingkungan, tetapi tidak ada satu pun yang peduli.

Ketika anakku meminta kepadaku untuk menceritakan tentang masa mudaku, aku mengatakan kepadanya tentang lahan yang hijau, keindahan bunga-bunga, tentang hujan, betapa menyenangkan berenang dan tentang ikan-ikan di sungai dan waduk, kita dapat meminum semua minuman dan betapa sehatnya orang-orang di masa itu.

Dia bertanya,"Ayah! Kenapa tidak ada air?

Kemudian, aku merasakan ada yang mengganjal di tenggorokanku.
Aku tidak bisa untuk tidak merasa bersalah karena aku termasuk pada generasi yang berkontribusi menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan atau dengan seenaknya tidak memperhatikan semua tanda peringatan.
Saat ini, anak-anak kita membayar harga yang sangat mahal!

Aku sangat percaya bahwa dalam waktu yang singkat, kehidupan di bumi menjadi sesuatu yang tidak mungkin, karena kerusakan alam saat ini mencapai tahap yang tidak dapat dikembalikan kesemula lagi.

"Bagaimana aku bisa kembali lagi dan membuat manusia mengerti...
  ...... bahwa kita masih mempunyai waktu untuk menyelamatkan bumi kita"

Sekarang....
Ini adalah pilihanmu...
Untuk menjaga planet kita yang indah ini
atau..
menjadi egois dan tidak menghiraukan kebutuhan generasi masa depan kita.