Rabu, 23 Desember 2015

Milky Wave : A Four Leaf Clover (Part 4)

Sesampainya di depan rumah, kakekku terlihat sedang duduk di teras rumah. Kemudian aku menyapanya.
“Siang kek!”
“Kau sudah pulang? Bagaimana ujian terakhirmu hari ini?” tanyanya.
 “Sangat baik, aku yakin aku pasti lulus!” jawabku dengan suara lantang.
“Itu baru cucu kesanyangan kakek.” Ucapnya sambil tersenyum
“Kek, aku mau bertanya. Sebenarnya liontin ini bukan sekedar liontin biasa kan kek?” tanyaku.
“Bagaiamana kau bisa tau Milky?” kakekku menoleh ke arahku.
“Aku tau karena kejadian yang tak terduga hari ini kek, saat aku berangkat sekolah, bis yang aku naikin di bajak oleh dua pria bertopeng yang membawa senjata di tangannya, setelah mereka masuk, tiba-tiba liontin ini bercahaya hijau dengan sendirinya dan
tanpa sengaja, ketika aku meraih tas aku yang hilang akibat bis yang rem mendadak, tiba-tiba salah satu pria bertopeng itu terhempas ke luar seakan ada dorongan yang sangat kuat yang menerpanya. Sebenarnya apa yang terjadi padaku kek? Kekuatan apa yang menyelimuti liontin ini kek?” tanyaku dengan panik.
“Sebenarnya liontin itu juga bukan sekedar liontin biasa. Liontin itu memiliki kekuatan bertelekinesis yang menyelimuti di dalamnya, sehingga jika ada seseorang yang memakainya, ia bisa memiliki kekuatan itu. Itu hanya satu yang kau pakai, masih ada tiga lagi yang memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Setiap liontin ini memiliki nama masing-masing, liontin yang kau pakai itu, yang memiliki kekuatan bertelekinesis adalah Saturn, liontin yang kau pakai saat ini juga bisa mengendalikan angin, tiga yang lainnya lagi adalah Mercury, Neptune dan Venus.  Kalau Mercury itu dapat mengendalikan api, Neptune itu air dan terakhir Venus yang dapat mengendalikan petir. Setiap liontin ini juga dapat memberi kekuatan untuk bertelekinesis bagi pemakainya. Bukan kita yang akan memilih liontin ini sesuka kita, tetapi tiap bagian dari liontin ini akan memilih kita untuk menggunakannya, apakah kita layak atau engganya untuk memiliki kekuatan yang tersimpan didalamnya. Jika layak, liontin ini akan menyala redup dengan sendirinya, sama seperti yang kau alami waktu kejadian di bus tadi. Mungkin masih ada lagi kekuatan yang tersimpan dalam masing-masing liontin ini. Yang kakek tau hanyalah itu, tapi tunggu sebentar.  Kakek baru ingat, menurut sejarah,  jika keadaan benar-benar sangat kacau dan sudah tidak dapat lagi dikendalikan dekatkanlah keempat liontin ini, mereka akan menyatu dan membentuk sebuah lubang hitam/blackhole yang dapat menyerap kekuatan jahat dan menguncinya di dalamnya. Level yang dapat ditunjukan untuk menunjukan kekacauan atau keadaan yang sudah tidak bisa dikendalikan bisa terlihat dengan mudah. Apabila keempat liontin ini menyala secara bersamaan, sudah dipastikan, keadaan sudah benar benar tidak bisa dikendalikan lagi. Maka jangan sampai biarkan keempat liontin ini menyala, jika sudah membentuk lubang hitam, bukan hanya menyerap kekuatan jahat tetapi orang yang memakai ini juga akan terhisap kedalamnya dan terkunci untuk selamanya.”
 “Tapi sampai saat ini, kakek belum pernah melihatnya secara jelas bagaimana bentuk dari lubang hitam itu. Kakek harap, di kota kita ini tidak akan terjadi kejadian yang sangat mengerikan itu, tentram dan damai seperti saat ini yang kakek harapkan, tak ada perdebatan dan perselisihan diantara penduduk kota.”
 “Sudah kakek bilang bahwa liontin itu bisa menyelamatkanmu dari bahaya yang mengancam di sekitarmu. Kau sudah terpilih, Milky. Terpilih dari yang terpilih dan kau harus pertanggung jawabkan semua kekuatan yang mengalir di nadimu sekarang. Karena seiring kekuatan besar, datang tanggung jawab yang besar.”
“Sekarang kau sudah mengetahuinya, kakek harap kau terus menjaga peninggalan yang sudah ada ratusan tahun ini.” Kakek terus menceritakan banyak hal tentang liontin itu sambil menikmati teh yang dari tadi diminumnya.
Besok adalah hari pertamaku meminjakkan kaki di akademi itu, hati dan perasaanku tidak pernah searah karena aku tidak tau apa yang akan terjadi esok. Hampir semalaman aku tidak bisa memejamkan mata, aku tidak pernah membayangkan kalau hari ini, aku bukan untuk mengejar gelar arsitekku tetapi malah ke dunia baru dan besok memulai hidup baru itu.
Aku tidak siap, tapi aku harus siap. Ini jalan yang aku terima sejak aku dilahirkan dan mungkin jalan ini bisa membantuku untuk menemukan keberadaan ayahku suatu saat nanti. Ini takdirku dan aku siap menjalaninya.
Hari pertama sekolah**
Aku semakin gugup dan tidak percaya diri karena mungkin, hanya akulah yang tidak memiliki kekuatan natural yang lahir dalam diriku sendiri. Aku terus meyakinkan diriku bahwa aku bisa menjalani setiap langkahku untuk bersekolah disini. Karena hanya siswa-siswa terpilihlah yang dapat menempuh pendidikan disini dan aku tidak mau melawati hal-hal yang menakjubkan yang akan terjadi padaku nantinya.
Searah dengan mataku memandang, hanya ada puluhan siswa yang berada di lapangan untuk mengikuti upacara  pembukaan yang akan diselenggarakan oleh pihak akademi sebentar lagi.
Sewaktu aku sedang melihat sekelilingku, pandanganku berhenti sejenak. Waktu seakan berhenti untuk berputar ketika aku melihat dia. Dia yang aku tidak tau siapa namanya. Dengan rambut yang lurus tergerai halus dan wajah yang bersinar indah, pandanganku hanya terpaku ke arah dia seorang. Walaupun dia tidak terlalu tinggi hmm mungkin itu juga menjadi daya tarik tersendiri ketika aku melihatnya pertama kali.
Pembukaan sekolah pun dimulai.
Iringan lagu yang dibawakan oleh Marching Band, membuat semakin meriahnya pembukaan hari ini. Terlebih lagi dengan adanya mayoret yang melakukan aksi yang sangat memukau dengan tongkat yang dibawanya.
“Selanjutnya, sambutan dari kepala akademi oleh Bu Lexa Clarita.”
Aku sempat berpikir, seperti apa kepala akademi yang membawahi dan memimpin akademi ini. aku sudah terbayang-bayang dengan wajah yang tua dengan kulit yang sudah mengkriput, tatapannya seram dan hal-hal yang tidak sepatutnya aku pikirkan tentang Bu Lexa.
Dengan iringan lagu, Bu Lexa pun menuju balkon yang sudah disediakan di tengah-tengah lapangan.
“Selamat pagi siswa dan siswi baru Arthics Academy! Kalian disini adalah siswa-siswi yang terpilih dari seluruh kota bagian. Saya harap kalian di sini bisa menjadi siswa dan siswi yang terdidik dan bertanggung jawab atas kekuatan yang kalian miliki semua.” Begitulah sekilas ucapan Bu Lexa dan bla bla bla masih banyak lagi yang Bu Lexa katakan untuk memberikan arahan kepada angkatan tahun ini.
Ternyata, aku keliru besar.
Apa yang telah aku pikirkan tentang Bu Lexa ternyata tidak sama sekali sama seperti bayangangku sebelumnya.Aku sangat terkejut dan tidak mempercayai kenyataan yang menurutku agak aneh ini.
Tapi emang ini kenyataannya.
Bu Lexa ini wanita yang sangat cantik. Rambutnya lurus diikat kebelakang, memakai kaca mata dan cara berpakaiannya sangat rapi.
 Walaupun Bu Lexa ini sangat cantik tapi tetap saja aku tidak percaya kalau umur dia masih muda. Aku terus berspekulasi kalau Bu Lexa ini sudah sangat tua, mungkin berusia ratusan tahun. Mana mungkin seorang kepala akademi khusus seperti ini dikepalai oleh seorang wanita yang masih muda.
Dan benar saja.
Saat Bu Lexa menceritakan kepribadiannya, dia mengatakan bahwa usia dia ternyata sudah 112 tahun.
Aku kembali terkejut saat mendengar pernyataan yang diberikan Bu Lexa kalau dia sudah berusia 112 tahun. Aku terus meyakinkan diriku untuk terus percaya apa yang sudah terjadi disini. Karena setau aku, usia seperti itu mungkin sudah sangat tua dan sudah seperti kakekku yang untuk berjalan saja sudah sangat lambat dan cara berbicaranya sudah tidak lancar lagi.
            Pokoknya Bu Lexa ini berbeda sekali dengan kakekku.


            Ya pokoknya kalian taulah, umur kakekku itu tidak jauh beda dengan umur Bu Lexa, tetapi mimik muka dan tubuhnya benar-benar seperti perbandingan antara kakek dan anaknya. Saat itu juga, aku mengalami hal-hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya, banyak hal-hal yang mustahil jika dipikir hanya dengan nalar setelah aku menyadari bahwa dunia terlalu sempit untuk dijalankan dan terlalu luas untuk dipikirkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar