Kamis, 24 Desember 2015

Milky Wave : A Four Leaf Clover (Part 5)

Walaupun upacara pembukaan ini hanya diikuti hanya beberapa puluh orang, tetapi sambutan yang diberikan oleh pihak akademi sangat luar biasa. Kami benar-benar merasa di istimewakan disini.
            Setelah sambutan yang diberikan oleh Bu Lexa, kami pun digiring untuk mengelilingi seisi akademi, kami juga diberikan informasi tentang ruangan-ruangan yang ada disini. Kami digiring oleh seorang  wanita yang sangat berpakaian rapi.
            “Selamat siang para siswa-siswi terpilih, perkenalkan nama saya Daphne Antares, saya akan menjadi pembimbing kalian. Saya akan membawa kalian untuk mengelilingi seisi akademi yang akan kalian tempuh selama setahun ini. Jika nanti ada yang ingin dipertanyakan, tanyakan saja. Saya dengan senang hati akan menjawab. Mohon perhatian semua, ikuti saya!” ujarnya sambil tersemyum ramah.
Wanita itu berambut pirang lurus terurai, cantik dan sangat murah senyum kepada kami. Pertama, kami diajak untuk menelusuri ruang kelas untuk menempuh pelajaran akademik dan lebih meningkatkan prestasi akademis kami. Aku kira di akademi seperti ini sudah tidak terlalu mementingkan pelajaran akademis, dugaanku salah, malah disini sangat menjunjung tinggi yang namanya pelajaran akademis. Para pembimbing kami yang membawa kami menjelaskan, bahwa di akademi ini, salah satu elemen penting dalam akademi ini adalah belajar, mempelajari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Karena sebelum kita mempelajari ilmu lanjut, kita juga harus mempelajari dulu dasarnya. Jika
dasarnya kita tidak mau tau, bagaimana kita bisa meneruskan ilmu yang sudah ada sebelumnya.
            Tak lama, kami pun sudah berada di ruang laboratorium, tempat dimana akademi ini mengajarkan kami bahwa ilmu sains sangat berbahaya. Wanita itu menjelaskan bahwa ditempat ini, nanti kami diajarkan untuk merakit sebuah peralatan untuk memproteksi diri dari ancaman bahaya, seperti membuat bom daya rendah hingga sedang dengan mencampurkan beberapa bahan kimia dan masih banyak lagi yang nanti akan kami pelajari disini.                        
            Kemudian kami pun diajak ke sebuah pintu yang sangat besar dengan ukiran-ukiran yang sangat detail. Lalu pembimbing kami mengeluarkan sebuah kunci yang dikalungkan dilehernya. Kunci itu agak kecil dan memiliki ukiran yang sama dengan pintunya. Pintu itu pun terbuka dan di dalamnya..
            Aku tidak bisa mempercayainya, pintu itu seakan berada di atas sebuah bukit, dan disekelilingnya dipenuhi dengan hutan berpohon lebat yang menjorong ke sebuah danau yang luas. Seperti berada di sebuah pulau yang tidak berpenghuni, udaranya segar, masih asri dan alami ,serta tidak tercemar oleh polusi layaknya di kota.  Entah kekuatan apa yang menyelimuti pintu itu. Kami semua tersontak kagum melihat keindahan yang ada di balik pintu itu, padahal letaknya masih berada di dalam akademi. Hal yang belum pernah aku alami sebelumnya. Tapi ini benar-benar terjadi padaku, aku tidak percaya tapi setelah ini, hal-hal yang sebelumnya aku tidak percaya manjadi nyata. Seperti mimpi, sebuah pintu yang bisa membawa ke tempat seperti itu. Sudah pasti itu bukan di detroit, menurutku mungkin itu di bagian Iceland. Aku pernah melihat tempat seperti itu dari internet.
Ya mungkin itu Iceland. Tapi jarak dari sini untuk ke sana bukanlah jarak yang dekat, Iceland, berada di timur laut mendekati kutub utara bukanlah jarak yang dekat. Ini terjadi, ini yang aku alami, aku harus terima dan harus meyakini diriku bahwa aku siap menjalani kehidupan disini selama setahun kedepan. Aku harus siap.
Selama beberapa jam kami diajak untuk mengelilingi seisi akademi, kami pun di bawa ke sebuah sebuah gedung olahraga yang sangat besar untuk acara penutupan. Kami pun masuk, dan ternyata ruangannya gelap gulita, sama sekali tidak terlihat apa-apa. Tak lama, ada seseorang wanita bernyanyi kemudian diikuti dengan suara-suara lainnya seperti paduan suara, entah darimana datangnya karena pada saat itu gelap, tak terlihat apa-apa. Suaranya sangat merdu, lembut dan aku pun sangat menikamtinya. Saat wanita itu bernyanyi, aku melihat sekelilingku, ada beberapa sedikit cahaya yang mengelilingi kami, aku kira itu sebuah lampu-lampu kecil. Tapi lampu-lampu kecil itu seakan berterbangan perlahan ke sesisi gedung. Itu bukan lampu-lampu kecil, ternyata itu sekelompok kunang-kunang. Sedikit demi sedikit dan semakin banyak kunang-kunang itu mulai memancarkan cahaya indahnya. Gedung yang tadinya gelap gulita menjadi terang. aku mengira wanita itu yang mengendalikan semua kunang-kunang ini dengan suaranya. Ini tidak bisa dipercaya.
Lampu sorot pun ditembakkan ke sebuah balkon yang ternyata sudah ada Bu Lexa yang berdiri disana. Dia memberikan sambutan penutupan dan mengucapkan terima kasih
“Terima kasih untuk telah dilahirkan. Karena bagi saya dan bagi akademi ini, tanpa kalian, akademi ini tidak akan berjalan dengan sendirinya. Saya harap kalian dapat bisa menjadi bagian dari keluarga akademi ini dengan baik dan tanpa perselisihan. Kita harus saling menjaga perdamain baik di kota ini, maupun dunia. Apakah kalian siap untuk menanggung semua beban berat ini?!?!” tanyanya dengan semangat.
Kami semua pun berteriak dengan lantang “Siaaaaaaaappp!!”
“Acara penutupan hari ini saya akhiri sampai disini, dan pelajaran akan dimulai pada senin, dua hari lagi. Semoga kalian mampu bertahan selama satu tahun belajar di akademi ini. Sekian dan terima kasih” ujarnya.
Acara penutupan pun selesai, semua membubarkan diri. Aku masih menjadi asing disini, aku sama sekali belum berkenalan dengan siapa-siapa. Aku pun melangkahkan kaki keluar dari akademi dan pulang.

Sambil melangkahkan kaki, aku terus berharap, dua hari yang akan datang, akan lebih baik dari dari hari ini dan bisa mendapatkan teman-teman terbaik di sini. Ini kehidupan baruku, aku harus menjalaninya.

2 komentar:

  1. Good ! I like your story... anti mainstream bro.. trus brkarya yogii !!

    BalasHapus
  2. I like it. Trus brkarya yogii !! Ditunggu part slnjutnyaaaaaaaa

    BalasHapus