Sesampainya
di depan rumah, kakekku terlihat sedang duduk di teras rumah. Kemudian aku
menyapanya.
“Siang
kek!”
“Kau
sudah pulang? Bagaimana ujian terakhirmu hari ini?” tanyanya.
“Sangat baik, aku yakin aku pasti lulus!”
jawabku dengan suara lantang.
“Itu
baru cucu kesanyangan kakek.” Ucapnya sambil tersenyum
“Kek,
aku mau bertanya. Sebenarnya liontin ini bukan sekedar liontin biasa kan kek?”
tanyaku.
“Bagaiamana
kau bisa tau Milky?” kakekku menoleh ke arahku.
“Aku
tau karena kejadian yang tak terduga hari ini kek, saat aku berangkat sekolah,
bis yang aku naikin di bajak oleh dua pria bertopeng yang membawa senjata di
tangannya, setelah mereka masuk, tiba-tiba liontin ini bercahaya hijau dengan
sendirinya dan
tanpa sengaja, ketika aku meraih tas aku yang hilang akibat bis yang rem mendadak, tiba-tiba salah satu pria bertopeng itu terhempas ke luar seakan ada dorongan yang sangat kuat yang menerpanya. Sebenarnya apa yang terjadi padaku kek? Kekuatan apa yang menyelimuti liontin ini kek?” tanyaku dengan panik.
tanpa sengaja, ketika aku meraih tas aku yang hilang akibat bis yang rem mendadak, tiba-tiba salah satu pria bertopeng itu terhempas ke luar seakan ada dorongan yang sangat kuat yang menerpanya. Sebenarnya apa yang terjadi padaku kek? Kekuatan apa yang menyelimuti liontin ini kek?” tanyaku dengan panik.
“Sebenarnya
liontin itu juga bukan sekedar liontin biasa. Liontin itu memiliki kekuatan
bertelekinesis yang menyelimuti di dalamnya, sehingga jika ada seseorang yang
memakainya, ia bisa memiliki kekuatan itu. Itu hanya satu yang kau pakai, masih
ada tiga lagi yang memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Setiap liontin ini
memiliki nama masing-masing, liontin yang kau pakai itu, yang memiliki kekuatan
bertelekinesis adalah Saturn, liontin yang kau pakai saat ini juga bisa
mengendalikan angin, tiga yang lainnya lagi adalah Mercury, Neptune dan
Venus. Kalau Mercury itu dapat
mengendalikan api, Neptune itu air dan terakhir Venus yang dapat mengendalikan
petir. Setiap liontin ini juga dapat memberi kekuatan untuk bertelekinesis bagi
pemakainya. Bukan kita yang akan memilih liontin ini sesuka kita, tetapi tiap
bagian dari liontin ini akan memilih kita untuk menggunakannya, apakah kita
layak atau engganya untuk memiliki kekuatan yang tersimpan didalamnya. Jika
layak, liontin ini akan menyala redup dengan sendirinya, sama seperti yang kau
alami waktu kejadian di bus tadi. Mungkin masih ada lagi kekuatan yang
tersimpan dalam masing-masing liontin ini. Yang kakek tau hanyalah itu, tapi
tunggu sebentar. Kakek baru ingat, menurut
sejarah, jika keadaan benar-benar sangat
kacau dan sudah tidak dapat lagi dikendalikan dekatkanlah keempat liontin ini,
mereka akan menyatu dan membentuk sebuah lubang hitam/blackhole yang dapat menyerap kekuatan jahat dan menguncinya di
dalamnya. Level yang dapat ditunjukan untuk menunjukan kekacauan atau keadaan
yang sudah tidak bisa dikendalikan bisa terlihat dengan mudah. Apabila keempat
liontin ini menyala secara bersamaan, sudah dipastikan, keadaan sudah benar
benar tidak bisa dikendalikan lagi. Maka jangan sampai biarkan keempat liontin
ini menyala, jika sudah membentuk lubang hitam, bukan hanya menyerap kekuatan
jahat tetapi orang yang memakai ini juga akan terhisap kedalamnya dan terkunci
untuk selamanya.”
“Tapi sampai saat ini, kakek belum pernah
melihatnya secara jelas bagaimana bentuk dari lubang hitam itu. Kakek harap, di
kota kita ini tidak akan terjadi kejadian yang sangat mengerikan itu, tentram
dan damai seperti saat ini yang kakek harapkan, tak ada perdebatan dan
perselisihan diantara penduduk kota.”
“Sudah kakek bilang bahwa liontin itu bisa
menyelamatkanmu dari bahaya yang mengancam di sekitarmu. Kau sudah terpilih,
Milky. Terpilih dari yang terpilih dan kau harus pertanggung jawabkan semua
kekuatan yang mengalir di nadimu sekarang. Karena seiring kekuatan besar,
datang tanggung jawab yang besar.”
“Sekarang
kau sudah mengetahuinya, kakek harap kau terus menjaga peninggalan yang sudah
ada ratusan tahun ini.” Kakek terus menceritakan banyak hal tentang liontin itu
sambil menikmati teh yang dari tadi diminumnya.
Besok
adalah hari pertamaku meminjakkan kaki di akademi itu, hati dan perasaanku
tidak pernah searah karena aku tidak tau apa yang akan terjadi esok. Hampir semalaman
aku tidak bisa memejamkan mata, aku tidak pernah membayangkan kalau hari ini,
aku bukan untuk mengejar gelar arsitekku tetapi malah ke dunia baru dan besok
memulai hidup baru itu.
Aku
tidak siap, tapi aku harus siap. Ini jalan yang aku terima sejak aku dilahirkan
dan mungkin jalan ini bisa membantuku untuk menemukan keberadaan ayahku suatu
saat nanti. Ini takdirku dan aku siap menjalaninya.
Hari
pertama sekolah**
Aku
semakin gugup dan tidak percaya diri karena mungkin, hanya akulah yang tidak
memiliki kekuatan natural yang lahir dalam diriku sendiri. Aku terus meyakinkan
diriku bahwa aku bisa menjalani setiap langkahku untuk bersekolah disini.
Karena hanya siswa-siswa terpilihlah yang dapat menempuh pendidikan disini dan
aku tidak mau melawati hal-hal yang menakjubkan yang akan terjadi padaku
nantinya.
Searah
dengan mataku memandang, hanya ada puluhan siswa yang berada di lapangan untuk
mengikuti upacara pembukaan yang akan
diselenggarakan oleh pihak akademi sebentar lagi.
Sewaktu
aku sedang melihat sekelilingku, pandanganku berhenti sejenak. Waktu seakan
berhenti untuk berputar ketika aku melihat dia. Dia yang aku tidak tau siapa
namanya. Dengan rambut yang lurus tergerai halus dan wajah yang bersinar indah,
pandanganku hanya terpaku ke arah dia seorang. Walaupun dia tidak terlalu
tinggi hmm mungkin itu juga menjadi daya tarik tersendiri ketika aku melihatnya
pertama kali.
Pembukaan
sekolah pun dimulai.
Iringan
lagu yang dibawakan oleh Marching Band, membuat semakin meriahnya pembukaan
hari ini. Terlebih lagi dengan adanya mayoret yang melakukan aksi yang sangat
memukau dengan tongkat yang dibawanya.
“Selanjutnya,
sambutan dari kepala akademi oleh Bu Lexa Clarita.”
Aku
sempat berpikir, seperti apa kepala akademi yang membawahi dan memimpin akademi
ini. aku sudah terbayang-bayang dengan wajah yang tua dengan kulit yang sudah
mengkriput, tatapannya seram dan hal-hal yang tidak sepatutnya aku pikirkan
tentang Bu Lexa.
Dengan
iringan lagu, Bu Lexa pun menuju balkon yang sudah disediakan di tengah-tengah
lapangan.
“Selamat
pagi siswa dan siswi baru Arthics Academy! Kalian disini adalah siswa-siswi
yang terpilih dari seluruh kota bagian. Saya harap kalian di sini bisa menjadi
siswa dan siswi yang terdidik dan bertanggung jawab atas kekuatan yang kalian
miliki semua.” Begitulah sekilas ucapan Bu Lexa dan bla bla bla masih banyak
lagi yang Bu Lexa katakan untuk memberikan arahan kepada angkatan tahun ini.
Ternyata,
aku keliru besar.
Apa
yang telah aku pikirkan tentang Bu Lexa ternyata tidak sama sekali sama seperti
bayangangku sebelumnya.Aku sangat terkejut dan tidak mempercayai kenyataan yang
menurutku agak aneh ini.
Tapi
emang ini kenyataannya.
Bu
Lexa ini wanita yang sangat cantik. Rambutnya lurus diikat kebelakang, memakai
kaca mata dan cara berpakaiannya sangat rapi.
Walaupun Bu Lexa ini sangat cantik tapi tetap
saja aku tidak percaya kalau umur dia masih muda. Aku terus berspekulasi kalau
Bu Lexa ini sudah sangat tua, mungkin berusia ratusan tahun. Mana mungkin
seorang kepala akademi khusus seperti ini dikepalai oleh seorang wanita yang
masih muda.
Dan
benar saja.
Saat
Bu Lexa menceritakan kepribadiannya, dia mengatakan bahwa usia dia ternyata sudah
112 tahun.
Aku
kembali terkejut saat mendengar pernyataan yang diberikan Bu Lexa kalau dia
sudah berusia 112 tahun. Aku terus meyakinkan diriku untuk terus percaya apa
yang sudah terjadi disini. Karena setau aku, usia seperti itu mungkin sudah
sangat tua dan sudah seperti kakekku yang untuk berjalan saja sudah sangat
lambat dan cara berbicaranya sudah tidak lancar lagi.
Pokoknya Bu Lexa ini berbeda sekali
dengan kakekku.
Ya pokoknya kalian taulah, umur
kakekku itu tidak jauh beda dengan umur Bu Lexa, tetapi mimik muka dan tubuhnya
benar-benar seperti perbandingan antara kakek dan anaknya. Saat itu juga, aku
mengalami hal-hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya, banyak hal-hal yang
mustahil jika dipikir hanya dengan nalar setelah aku menyadari bahwa dunia
terlalu sempit untuk dijalankan dan terlalu luas untuk dipikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar