Ketika aku sedang
memikirkan ujian akhirku nanti, tiba-tiba bis pun mendadak berhenti. Berhenti
tepat di depan Bank Sentral. Semua penumpang berteriak dan ketakutan ketika bis
itu rem mendadak. Aku pun terjatuh dari tempat dudukku. Setelah bis benar-benar
berhenti, aku terus bertanya-tanya dipikiranku, apa yang sebenarnya terjadi di
depan sehingga supir bis itu menginjak rem tiba-tiba. Kemudian aku bangun dan
melihat keadaan sekitar. Semua penumpang juga tidak luput terjatuh sama
sepertiku. Liontin yang aku kalungkan di leherku tiba-tiba bercahaya redup
dengan sendirinya. Disamping aku bingung dengan keadaan yang terjadi di
sekelilingku, aku juga dibuat bingung dengan liontin yang aku pakai kenapa
tiba-tiba bisa bercahaya seperti ini.
Sampai akhinya ada suara tembakan yang melintas di pendengaranku.
Ternyata ada seorang
yang memakai topeng hitam, badannya agak besar dan memegang senjata di tangan
kanannya.
“Diam semua, jangan ada
yang bergerak sedikitpun!! Kalau tidak akan aku tembak kepala supir ini!!” seseorang
itu berteriak dengan lantang sambil menodongkan senjatanya ke arah kepala supir
bis itu.
Kejadian ini semakin
kacau ketika teman dari seseorang yang misterius itu naik dari pintu belakang
bis yang juga memegang senjata digenggamannya. Ketakutan dan kegelisahan serta
kecemasan saja yang hanya aku rasakan. Aku mengira mereka berdua itu ingin
menyandra kami agar bisa menyelamatkan diri jika ada polisi-polisi yang
mengepungnya.
Salah satu dari mereka
mengambil telpon yang ada disakunya. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak
terlalu jelas mendengarnya.
Aku lupa, tas yang aku
tadi bawa sudah tidak ada lagi dipunggungku. Senada dengan ketakutan yang aku derita selama kejadian yang mencekam
itu, kepala aku terus tertunduk dan tidak berani untuk melihat ke arah
sekelilingku. Tangan aku terus meraba-raba ke sekelilingku untuk mencari tas
aku yang terjatuh saat bis ini rem mendadak tadi.
Disaat aku mengarahkan
tanganku kesekelilingku, aku memegang suatu benda tapi yang pasti itu bukan
seperti tasku, ternyata itu hanya kaleng minuman yang sudah tak ada isinya.
Karena saat itu aku sedang terkena panik yang tidak karuan, aku kesal dan
langsung membuang botol itu ke arah belakang. Tiba-tiba ada suara kaca pecah
yang mengagetkanku, lantas aku langsung melihat ke arah belakang dan seluruh
penumpang yang ada di belakangku langsung melihat ke arahku. Aku bingung kenapa
semua orang yang ada dibelakangku memperhatikanku. Lalu ada seseorang Pak Tua
yang bertanya padaku “bagaimana kau melakukan itu?”
Karena aku bingung, aku
kembali bertanya kepadanya “melakukan apa? Apa yang sudah aku lakukan?” aku
terus bertanya dan semua mata terus melihat ke arahku.
“kau tadi yang
melemparkan kaleng minuman ke arah belakangkan? Bagaiman kau bisa melemparkan
kaleng itu dengan sangat kuat sampai kaca itu pecah?” tanya dia.
“Tidak, aku juga tidak
tau kenapa bisa kaleng yang aku lemparkan itu bisa sekuat itu, aku hanya
melempar seperti orang biasanya. Aku juga tidak tau. Sungguh” jawabku dengan
terheran-heran. Selagi aku berbincang dengan Pak Tua itu, teman dari pria
bertopeng hitam itu yang berada di belakang berteriak “kenapa kau menembak ke
arah ku? Apa kau sudah gila?!”
“Apaa?! Siapa yang
menembakmu, apa kau tidak lihat arah senjataku kemana?! Apa kau sudah buta?!”
jawab pria bertopeng itu yang sedang menodongkan senjata ke kepala supir bis
itu.
Kemudian aku
memanfaatkan kesempatan yang ada selagi mereka berdua salah paham, aku mencoba
mengarahkan tangan kananku ke arah kaca yang depan, dan hasilnya sangat
mengejutkanku. Aku melihat dengan mataku sendiri, kaca itu pecah tiba-tiba.
Entah apa yang merasuki diriku, aku hanya terus memikirkannya kalau kaca itu
akan pecah.
Suara kaca pecah itu
juga mengejutkan pria bertopeng hitam itu, dia berteriak ke temannya yang ada
di belakang, pertanyaan yang hampir sama dengan temannya tadi “kau kenapa
menambakan tembakan bodohmu itu ke arahku?! Apa kau mau membunuhku?! Apa kau
buta?! Simpan pelurumu untuk hal yang darurat bodoh?!”
“Aa..apa?! aku sama
sekali tidak menambak ke arahmu! Apa kau tidak lihat aku hanya megarahkan
senjataku ke arah orang-orang bodoh ini?! apa kau yang sudah buta menuduhku
menembakan senjataku ke arahmu?! Jawab temannya dengan kembali berteriak juga.
Mereka berdua kembali
salah paham akibat perbuatan yang aku lakukan, sebenarnya aku juga tidak tau
mengapa ini bisa terjadi padaku. Aku terus tertawa di dalam hati melihat para
penjahat bodoh ini salah paham.
Dengan memberanikan
diri aku berdiri secara perlahan sambil mengangkat tanganku ke atas, pria
bertopeng yang ada di depanku lantas
bertanya, “kenapa kau berdiri?! Apa kau mau aku menembakmu di depan
orang-orang ini?!” aku hanya tersenyum ke arahnya.
“kenapa kau tersenyum?!
Apa kau sudah gila?!” dia menggertakku dengan mengarahkan senjatanya ke arahku.
Tanpa basa-basi lagi aku arahkan tanganku ke arahnya, membantingnya ke atas, ke
bawah dan aku lempar ke arah kaca sebelah kiri. Kemudian aku melihat ke arah
temannya yang ada di belakang, aku melihat wajahnya dan tersenyum ke arahnya.
“Aa..aapa yang sudah
kau lakukan? Ba..bagaimana kau melakukan itu semua?!” tanyanya sambil
tergesa-gesa. Mungkin karena dia panik, dia langsung menembakan senjatanya ke
arahku. Aku menggerakan kedua tanganku membentuk sebuah perisai pelindung dan
terus berkonsentrasi. Peluru itu pun termentahkan dan sama sekali tidak
menyentuhku sama sekali. Dia terus menembakan senjatanya ke arahku sampai
pelurunya habis.
“Sudah? Apa hanya itu
saja yang bisa kau lakukan? Tanyaku.
Aku bisa merasakan ketakutan yang di alami
orang itu. Kemudian aku melakukan hal yang sama, aku membantingnya ke atas, ke
bawah dan melemparkannya keluar dari bis itu.
Semua orang kembali
memperhatikanku dan mengucapkan terima kasih padaku, aku tidak tau berapa orang
yang mengucapkannya tapi yang aku dengar hanyalah ucapan terima kasih karena
sudah menyelmatkan nyawa mereka semua. Aku hanya tersenyum ke arah mereka yang
melihatku. Padahal aku sendiri juga kebingungan kenapa hal aneh ini bisa
terjadi padaku, apa ini semua karena liontin ini? semua pertanyaan tentang
liontin in aku simpan sejenak karena aku melihat dibalik kaca bis para polisi
sudah berdatangan ke depan Bank Sentral dimana kejadian di dalam bis itu
terjadi. Polisi segera menangkap para pelaku bertopeng itu dan segera
membawanya ke kantor polisi.
Aku yang hampir lupa
dengan ujianku ini langsung berlari menuju ke sekolah yang tidak jauh dari Bank
Sentral itu. Sekitar 500 meter aku berlari, aku berlari dan terus memperhatikan
jam tanganku. Melihat apakah aku akan telat dan harus mengulang lagi di tahun
depan. Aku melihat gerbang sekolah dari kejauhan. Karena gerbang sekolah itu
akan tertutup sendiri menggunakan alarm waktu yang telah diatur oleh pihak
sekolah.
“Beruntungnnya diriku, aku sampai di sekolah
tanpa terlambat. Kalau terlambat, akan beda lagi ceritanya.” Aku bernafas lega.
Aku langsung menuju
ruang kelasku, dan ternyata disana sudah ada pengawas ujian yang sedang
memberikan pengarahan. Aku segera mengetuk pintu kelas dan masuk, tiba-tiba
salah satu pengawas itu bertanya
padaku,” Kenapa kau baru datang jam segini dan kenapa juga seragam sekolahmu
basah seperti itu?”
“Tadi, ketika di depan
Bank Sentral ada hal yang tidak terduga terjadi yang mengharuskan aku harus
berlari kesini untuk ujian terakhir hari ini dan hasilnya pakaianku basah
seperti ini pak.” Jawabku. Aku hanya menjelaskan sedikit alasan ke pengawas,
tidak mungkin aku menceritakan hal yang rinci ke pengawas, pasti pengawas itu
tidak akan percaya padaku.
“Baiklah, silakhan duduk
di kursi yang sudah diberi nomer ujianmu.”
“Terimakasih pak.”
Ucapku.
Aku segera ke tempat
dudukku dan mengisi daftar hadir di komputer sebelum aku mengerjakan ujian.
Setelah aku siap, aku langsung memasukkan Username dan Password di kolom yang
sudah tersedia. Aku sempat pesimistis dengan ujianku hari ini, hari yang
benar-benar sangat aneh dan membingungkan. Aku terus meyakinkan diriku untuk
tetap tenang untuk mengerjakan soal ujian terakhirku ini. Jika salah satu mata
ujianku gagal, otomatis aku akan mengulang satu tahun lagi dan aku tidak mau
hal itu terjadi padaku.
Ujian terakhirku ini
adalah matematika, pelajaran yang sangat aku sukai dan kuasai ini membantuku
agar tidak memakan waktu dan berpikir panjang untuk mengerjakannya. aku
mengerjakan ini hanya dalam setengah waktu dari waktu yang telah ditetapkan
oleh sekolah.
Bel pun berbunyi, yang
menandakan ujian terakhir ini selesai. Aku segera pulang ke rumah dan segera
ingin menceritakan kejadian hari ini kepada kakekku.
Ditunggu kisah selanjuynya ya om yogii hehe. Bagus critanya, itu copy paste dimana ?? Heheh
BalasHapus